Selasa, 06 September 2011

KINCIR ANGIN

Masalah : Bagaimana Membuat Model Kincir Angin


Alat dan Bahan yang Digunakan


:: Gunting :: Pelobang kertas :: Penggaris :: Sedotan minuman :: Kertas hvs :: Tanah liat :: Pensil :: Benang jahit :: Koin logam besar :: Penjepit kertas ::

Prosedur

1.

Potong kertas segiempat ukuran 15cm x 15 cm.
2.

Gambar garis diagonal menyilang kertas segiempat membentuk huruf X.
3.

Gunakan koin untuk menggambar lingkaran di tengah kertas segiempat.
4.

Dengan pelobang kertas, buatlah satu lobang pada tiap-tiap sudut kertas seperti yang ditunjukkan pada gambar.
5.

Buatlah lubang melalui tengah lingkaran dengan ujung pensil.
6.

Potong empat garis diagonal sampai pinggir lingkaran di tengah kertas.
7.

Untuk membuat kertas berputar, lipat sudut-sudut kertas dengan menyatukankertas.
8.

Masukkan sedotan melalui lobang tersebut, dan tempatkan roda kertas di tengah sedotan.
9.

Sumbatkan sepotong kecil tanah liat ke kedua ujung sedotan menahan rodaagar tetap pada tempatnya.
10.

Potong benang jahit sepanjang 60 cm.
11.

Ikat ujung benang kira-kira 5 cm dari ujung sedotan.
12.

Ikat ujung yang bebas dari benang ke penjepit kertas.
13.

Pegang sedotan dengan tangan kirimumu dan menghadap ke muka kamu, dengan ibu jari menghadap tubuhmu.
14.

Ayunkan ujung sedotan pada alur yang terbentuk antara telunjuk dan ibu jari kamu. Jangan jepit sedotan tersebut.
15.

Hembus kincir angin kertas tersebut.
16.

Amati gerakan roda kertas, sedotan, dan penjepit kertas.

Hasil
Roda kertas dan sedotan berputar. Benang yang tertempel pada sedotan berputar melilit sedotan, dan sehingga penjepit kertas bergerak naik.
Mengapa?

Mesin merupakan alat yang membuat kerja menjadi lebih mudah. Roda kertas dan sedotan membentuk mesin sederhana yang disebut roda dan roda as (roda besar tempat roda kecil melekat). Benang dan penjepit kertas yang dihubungkan menghasilkan model yang memperagakan cara kerja kincir angin. Layar kertas dari model kincir angin bergerak seperti roda dan berputar dalam lingkar yang besar, sedotan merupakan as roda dan berputar bersama, tetapi roda membuat siklus yang lebih besar daripada roda as. Ketika roda membuat satu putaran besar, benang berputar sekali mengitari as, beban (penjepit kertas) naik dan jarak perpindahannya sebanding jarak putaran as. Hal ini membutuhkan sedikit gaya untuk menaikkan beban (penjepit kertas) dengan memutar roda besar daripada menaikkan beban langsung dengan tangan kamu. (Sebuah beban merupakan obyek yang digerakkan oleh mesin).

Mari Amati !
1.

Apakah ukuran roda mempengaruhi hasilnya? Ulangi eksperimen dua kali, tiap kali eksperimen, ubah ukuran roda kertas. Pertama buatlah roda dengan menggunakan kertas ukuran 7,5 cm x 7,5 cm, dan kemudian yang kedua gunakan kertas segiempat dengan ukuran 30 cm x 30 cm.
2.

Apakah ukuran as yang berbeda mempengaruhi hasil? Ulangi percobaan awal, gunakan jarum rajut untuk as yang lebih kecil. Ulangi lagi, gunakan paku dinding dengan keliling yang lebih besar daripada sedotan.

Saatnya Beraksi !

Buatlah model kincir air, yang merupakan contoh lain mesin roda dan roda as. Minta orang dewasa untuk memotong bagian atas botol plastik ukuran 2 liter, dan potong dua lekukan dengan lebar masing-masing 1,3 cm dan tinggi 5 cm di bagian pinggir sebelah atas botol plastik yang arahnya berseberangan satu sama lain. Potong lobang pada bagian samping, hampir mendekati dasar botol, untuk membuat air mengalir ke luar (lihat gambar). Buatlah sebuah kincir air dengan mengelem serangkaian kertas yang dipotong dari kartu nama dilem ke dinding kumparan benang kosong. Masukkan pensil melalui tengah kumparan benang. Rekatkan pensil ke kumparan benang dengan isolasi. Gantungkan kedua ujung pensil di bagian yang terpotong pada bagian atas botol. Ikat ujung benang ke penjepit kertas, dan rekatkan ujung benang yang bebas ke pensil. Tempatkan botol dalam bak cuci piring di bawah kran. Putar sedikit air. Air tersebut harus mengenai kertas. Kumparan dan pensil akan berputar dan benang akan berputar mengelilingi pensil, menaikkan penjepit kertas. Tampilkan model kincir air sebagai bagian tampilan eksperimen kamu, berdampingan dengan foto-foto yang diambil selama eksperimen.


Amati Ini !

Kincir angin pertama dibuat di Persia pada abad ke tujuh. Kincir ini merupakan contoh klasik dari mesin roda dan roda as yang bergantung pada angin sebagai sumber tenaganya, agar layarnya bisa berputar sehingga harus selalu dibuat menghadap angin. Temukan lebih banyak lagi tentang rancangan kincir angin dan bagaimana cara merancang agar dapat mengatasi kecepatan angin yang berbeda-beda. Masukan informasi mengenai kincir angin zaman dulu yang terdiri dari layar topang dan layar yang bisa dilepaskan, berdampingan dengan turbin angin modern yang digerakkan generator yang terdapat pompa dan gerinda.


Minggu, 04 September 2011

PUISI : MANTRA

Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.

Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
.

puisi : Memahami Puisi

Puisi

Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Baris-baris pada prosa dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.

::wikipedia
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Soneta

Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance.

- Ciri-ciri Soneta :
a. Terdiri atas 14 baris
b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
g. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
h. Penambahan baris pada soneta disebut koda.
i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
j. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d

Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

- Fungsi Soneta
Pada masa lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati.
Kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas seperti :
1. Pernyataan rindu pada tanah air
2. Pergerakan kemajuan kebudayaan
3. Ilham sukma
4. Perasaan keagamaan

Faktor-faktor Soneta digemari oleh para Pujangga Baru antara lain :
1. Adanya penyesuaian dengan bentuk pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu hampir sejalan dengan sampiran pada pantun.
Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif itu merupakan isi pantun.
2. Baris-baris Soneta yang berjumlah 14 buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan hati penyairnya.
3. Soneta dapat dipakai untuk menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya.

- Persamaan Soneta dan Pantun
Pantun dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan.

- Perbedaan Soneta dan Pantun
a. Soneta puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu
b. Satu bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4 baris
c. Soneta berima bebas, pantun berima a-b-a-b
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Octav

Octav adalah sanjak 8 seuntai
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
.
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Septima

Septima adalah sanjak 7 seuntai.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Sextet

Sextet adalah sanjak 6 seuntai.
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Quint

Quint adalah sanjak 5 seuntai
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Quatrain

Quatrain adalah sanjak 4 seuntai
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Terzina

Terzina adalah sanjak 3 seuntai.
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana

Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Distikon

Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)


Labels: Memahami Puisi
Pantun

Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.

Ciri-ciri pantun :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
.
Puisi Lama : [Mantra] [Gurindam] [Syair] [Pantun]
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Syair

Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.

Ciri-ciri syair :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab

Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)

Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
.
Puisi Lama : [Mantra] [Gurindam] [Syair] [Pantun]
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)

Ciri-ciri gurindam :
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
.
Puisi Lama : [Mantra] [Gurindam] [Syair] [Pantun]
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Mantra

Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.

Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
.

Puisi Lama : [Mantra] [Gurindam] [Syair] [Pantun]
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Puisi Baru

Macam-macam Puisi Baru

1. DISTIKON
2. TERZINA
3. QUATRAIN
4. QUINT
5. SEXTET
6. SEPTIMA
7. STANZA ( OCTAV )
8. SONETA
sumber: agepe lesson
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama

Macam-macam Puisi Lama
1. MANTRA
2. GURINDAM
3. SYAIR
4. PANTUN

sumber : agepe lesson

Labels: Memahami Puisi
Poetry

Poetry is a form of literary art in which language is used for its aesthetic and evocative qualities in addition to, or in lieu of, its apparent meaning. Poetry may be written independently, as discrete poems, or may occur in conjunction with other arts, as in poetic drama, hymns or lyrics.

Poetry, and discussions of it, have a long history. Early attempts to define poetry, such as Aristotle's Poetics, focused on the uses of speech in rhetoric, drama, song and comedy.Later attempts concentrated on features such as repetition and rhyme, and emphasised the aesthetics which distinguish poetry from prose. From the mid-20th century, poetry has sometimes been more loosely defined as a fundamental creative act using language.

Poetry often uses particular forms and conventions to expand the literal meaning of the words, or to evoke emotional or sensual responses. Devices such as assonance, alliteration, onomatopoeia and rhythm are sometimes used to achieve musical or incantatory effects. Poetry's use of ambiguity, symbolism, irony and other stylistic elements of poetic diction often leaves a poem open to multiple interpretations. Similarly, metaphor and simile create a resonance between otherwise disparate images—a layering of meanings, forming connections previously not perceived. Kindred forms of resonance may exist, between individual verses, in their patterns of rhyme or rhythm.

Some forms of poetry are specific to particular cultures and genres, responding to the characteristics of the language in which the poet writes. While readers accustomed to identifying poetry with Dante, Goethe, Mickiewicz and Rumi may think of it as being written in rhyming lines and regular meter, there are traditions, such as those of Du Fu and Beowulf, that use other approaches to achieve rhythm and euphony. In today's globalized world, poets often borrow styles, techniques and forms from diverse cultures and languages.

http://en.wikipedia.org/wiki/Poetry
Read more...
Labels: Memahami Puisi
Puisi Indonesia

Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Baris-baris pada prosa dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.

::wikipedia
Read more...
Labels: Memahami Puisi

Puisi : Kepada seorang penyanyi dangsut

KEPADA SEORANG PENYANYI DANGDUT

Di tengah melambungnya harga-harga
Suaramu semakin merdu saja

Di tengah membengkaknya hutang negara
Wajahmu semakin cantik saja

Di tengah ruwetnya masalah sosial, politik dan agama
Tubuhmu semakin sintal saja

Di tengah merebaknya teror dan berbagai bencana
Goyanganmu semakin heboh saja

Di tengah langkanya pemimpin yang bisa dipercaya
Kehadiranmu semakin berarti saja

Di tengah terpuruknya kehormatan bangsa
Hargamu semakin melambung saja

Puisi Karya Acep Zamzam Noor

puisi : Sajak Seorang pengungsi

/Buat Frans Nadjira

Napasku yang mengandung api selalu ingin membakar apapun
Di jantungku gedung-gedung yang tinggi sudah kukaramkan
Sedang sungai-sungai yang kotor kubiarkan menggenangi mataku
Dengan lahap aku mengucup borok-borok peradaban yang berlalat
Untuk kumuntahkan kembali lewat sajak-sajakku. Sepanjang hari
Tak habis-habisnya aku mereguk keringat dan darah negeri ini
Menyusuri lekuk tubuhnya yang molek dengan belati terhunus
Kemudian melempari gambar pemimpinnya yang nampang
Di papan iklan. Menyanyikan lagu dangdut di bawah tiang bendera

Suaraku yang memendam racun ingin menyumpahi siapapun
Ranjang-ranjang yang nyaman kusingkirkan dari ingatan
Sedang kekerasan yang terjadi di jalanan telah memaksaku
Menjadi bajingan. Kembali aku mengembara dalam kesamaran
Dalam kehampaan, kekosongan serta ketiadaan rambu-rambu
Aku mengetuk losmen, menggedor apartemen dan mendobrak
Gedung parlemen. Kemudian melolong dalam kesakitan panjang:
Sambil berjoget aku terbangkan sajak-sajakku ke planet terjauh
Karena bumi sudah tak mampu memahami ungkapanku lagi

2007. Puisi Karya Acep Zamzam Noor

puisi : Ketika


1

Ketika gempa yang begitu sopan
Menggoyang kampung kami
Kudengar semua nyanyian, semua tarian
Yang tengah digelar di halaman kelurahan
Menjadi senyap. Semua serangga, semua satwa
Semua rumputan, semua tumbuhan dan pohonan
Bahkan semua kata yang terucap, kalimat yang meluap
Amarah yang membumbung seperti asap
Mendadak bisu. Semua mengendap

2

Di kamar sempit kami yang apak dan dindingnya retak
Yang lampunya lindap karena kekurangan minyak
Di ranjang kami yang engselnya longgar dan bantalnya lusuh
Di mana segala desah dan lenguh, segala keluh dan kesah
Terasa begitu jauh. Bahkan segala sumpah dan serapah
Segala ratapan dan jeritan yang ditingkah bunyi kentongan
Terdengar hanya sayup. Kulihat malam menyeret terompahnya
Dan subuh berlabuh pada pelupuh. Kusaksikan cakrawala yang jauh
Kemah-kemah awan yang bergerak pelan dengan semburat kemerahan
Yang kemudian menyelimuti punggung lelaki bungkuk dan sakit-sakitan
Punggung lelaki yang bernama ufuk. Tiba-tiba kami rasakan kembali
Guncangan kecil itu, hentakan pendek itu serta sodokan lunak itu:
Di mana waktu kehilangan langkahnya, menit ditinggalkan detik-detiknya
Dan jam menggenang seperti comberan. Di mana ingatan berlepasan
Pikiran berloncatan dari sarangnya, perasaan menguap begitu saja
Di mana harapan dan keputusasaan tak ada bedanya, hidup dan mati
Begitu tipis jaraknya. Di mana ruang dan waktu terlempar dari porosnya
Langit dan bumi berangkulan seperti sepasang kekasih yang lama
Tidak berjumpa. Di mana sunyi bertahta di atas singgasana

3

Ketika gelombang pasang yang tak ramah
Menyapu daun-daun kelapa dan atap-atap rumah
Ketika angin puting beliung menerjang sawah dan kebun
Merobohkan surau dan madrasah, menggusur sekolah dasar
Dan puskesmas yang terlantar. Kulihat ikan-ikan berterbangan
Ayam-ayam berlarian, sapi dan kambing mati di kandang sendiri
Hansip-hansip menerobos reruntuhan dengan senter dan patromak
Mencari mayat-mayat. Keesokan harinya tentara dan polisi datang
Menggali lubang besar untuk mengubur mereka bersama-sama
Sebelum membusuk. Lalu gempa sialan itu mengguncang kami lagi
Lalu air bah kurang ajar itu menerjang kami lagi. Semuanya lewat
Juga silsilah panjang kami yang tercerabut dari akarnya yang dalam
Semuanya berlalu, juga sejarah yang terpaksa kami biarkan pergi
Entah ke mana. Dan semuanya harus kami relakan untuk tidak kembali
Semuanya, semuanya. Juga keberadaan atau ketiadaan kami ini

4

Aku tidak mengenal musim dan cuaca, lupa tanggal dan nama hari
Hanya tahu bahwa masih ada siang dan malam, ada gelap dan terang
Susah dan senang. Sudah lama aku tak peduli pada baik atau buruk
Pada salah atau benar, hina atau terhormat. Kerjaku hanya main domino
Bertandang dari tenda ke tenda, dari barak ke barak, dari posko ke posko
Hingga kutemukan kembali istriku yang kurus di sela tumpukan kardus
Lalu kami bercinta sambil menunggu giliran masuk kakus, kami bercinta
Sambil mengantri pembagian nasi bungkus, kami bercinta sambil pawai
Merayakan hari kemerdekaan atau sambil berdesakan melihat kampanye
Di kecamatan. Atau sambil menunggu giliran mencoblos di bilik suara
Ah, di tengah semburan lumpur panas kami masih disuruh memilih lurah
Bupati, gubernur dan presiden. Kami disuruh memilih salah seorang
Dari mereka yang suka membagikan kaos, poster, spanduk atau sembako
Salah seorang dari mereka yang wajahnya terpampang di mana-mana
Namun tidak kami kenal dan suara mereka tidak pernah terdengar:
Biar gampang kami pilih saja yang kumisnya paling tebal

5

Di bantaran sungai yang landai, di atas tumpukan sampah yang bau
Gubuk masa depan kami terangkat ke udara, melayang-layang sebentar
Lalu rubuh dan hanyut. Banjir selalu datang setiap tahun, kebakaran
Terjadi setiap bulan, sakit perut berkunjung saban minggu, kelaparan
Dan kemarahan menjadi teman sehari-hari. Sekian lama kami terlunta
Sekian lama mengembara dari kolong jembatan ke bekas gerbong kereta
Namun selalu saja punya alasan untuk tertawa atau menertawakan
Setiap keadaan. Kemarin ada tetangga jatuh dari atap bangunan
Tersangkut di kawat listrik tegangan tinggi. Kemarinnya lagi ada mayat
Mengambang di sumur. Tadi malam anak sulung kami ditangkap polisi
Yang nomer tiga kena flu burung. Lalu dari toko elektronik sayup terdengar
Seorang presiden yang suaranya merdu tengah menyanyi di televisi
Mungkin tentang pelangi yang menghilang dari mata kami

2007. Puisi Karya Acep Zamzam Noor

puisi : Ketapang Gilimanuk

Bermula dari ombak pasang
Yang menyediakan ruang
Bagi tubuhku
Ulakan air melahirkan kata-kata
Yang berloncatan seperti lidah api

Di paha-paha batu karang
Kata-kata bergerak dan meluap
Aku pun terdesak
Ke sudut sempit selangkanganmu
Yang gelap. Sebuah persetubuhan sunyi
Waktu yang terus menari dan menyanyi
Menciptakan ruang-ruang murni
Di balik ceruk ombak

Tubuh bugilku
Terapung
Di atas tubuhmu yang asin
Burung-burung dan deru angin selat
Menggoreskan jejak lain. Sebuah isyarat
Garis yang ditarik lurus
Dari kaki langit
Tempat cahaya menenggelamkan dirinya di air

Seperti seorang perenang
Aku pun menyelam dan mengembara
Dengan kata-kata liar tangkapanku
Sebuah kelahiran kembali
Yang perih
Kesunyian tiada tara
Perjalanan dari biru menuju jingga
Sebelum kata-kata saktiku akan tercipta
Dari derita

Karya : Acep Zamzam Noor

puisi : di Malioboro

Di antara kereta yang beranjak ke timur
Serta jerit peluit yang masih tersisa di telinga
Udara seperti bergetar meski hujan telah lama reda
Kita berjalan ke luar meninggalkan deretan bangku itu
Dan segera nampak aspal yang mengkilat, trotoar yang bersih
Juga bentangan rel yang ujungnya menghilang ditelan gelap
Kau sedikit sempoyongan menghirup candu kata-kataku
Sedang wajahku membiru oleh kalimat-kalimat tanggung
Dari cerita pendek yang tak kunjung kauselesaikan

Di sebuah warung segalanya menjadi lebih terbuka
Seperti majalah lama. Aku mengingat kembali namamu
Mencatat alamatmu, menghitung tahi lalatmu dan membaca
Isyaratmu. Gambar kupu-kupu hijau di atas payudaramu
Membuatku paham bahwa kau memang keturunan peri
Bahwa parasmu cantik sekali. Mungkin pelipismu tak serata
Jembatan yang menyatukan patahan garis di lengkung alis mata
Namun rambutmu yang segimbal musim hujan, serimbun ucapan
Telah membuat napasku menjadi begitu tidak keruan

Kau menciumku seperti gempa bumi yang pelan dan sopan
Lalu aku membalas ciumanmu layaknya tanah kerontang
Yang diberkati hujan. Rasa tembaga kucecap dari bibirmu
Seperti asin darah yang bercampur dengan buih-buih ludah
Aku menelan semuanya bagaikan menelan setiap peristiwa
Dalam kehidupan. Tapi di sebuah warung yang terbuka
Di majalah lama yang mulai sobek halaman-halamannya
Ceritamu menjadi terlampau pendek untuk sebuah kisah cinta
Yang panjang. Untuk sebuah kota yang selalu digenangi kesedihan

Karya : Acep Zamzam Noor

puisi :ORANG-ORANG MISKIN W.S. Rendra

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim

Yogya, 4 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

PUISI : LAGU SERDADU

W.S. Rendra

Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak

Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali
Wahai, tanah yang baik untuk mati
Dan kalau ku telentang dengan pelor timah
cukilah ia bagi puteraku di rumah

Siasat
No. 630, th. 13
Nopember 1959

puisi : AKU TULIS PAMPLET INI

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng - iya - an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Puisi WS Rendra
Read more...
Labels: WS Rendra

DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Mimbar Indonesia
Th. XIV, No. 25
18 Juni 1960
Puisi WS Rendra
Read more...
Labels: WS Rendra

PUISI : kerawang bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

Karya Chairil Anwar